Rabu, 19 Oktober 2016

laporan pendahuluan anemia



KONSEP PENYAKIT ANEMIA
1.      Definisi Anemia
Anemia adalah penurunan dibawah normal dalam jumlah eritrosit banyaknya hemoglobin atau volume sel darah merah (packed red cell) dalam darah    (Dorland, 1998: 49).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak  adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya ( Marilyn E,Doenges, Jakarta, 1999).
2.      Etiologi
Penyebab anemia yang sering diderita adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit yaitu besi, vitamin B12 dan asam folat. Anemia juga dapat diakibatkan dari beragam kondisi seperti pendarahan,kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya .
1.      Produksi sel darah merah yang tidak adekuat
2.      Sel darah merah premature atau npenghancuran sel darah merah yang berlebihan
3.      Kehilangan darah
4.      Kekurangan nutrisi
5.      Faktor keturunan
6.      Penyakit kronis    
3.      Klasifikasi Anemia
1. Anemia mikrositik hipokrom terdapat dua jenis yaitu:
a.  Anemia defisiensi besi
Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2 sampai 4 g, kira-kira 50 mg/
kg BB pada pria dan mg/kg BB pada wanita.
Etiologi :
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik, di Indonesia paling banyak disebabkan oleh investasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai mal nutrisi, baru akan terjadi anemia. Penyebab lain dari anemia ini adalah :
·     Diet yang tidak mencukupi
·     Absorbsi yang menurun
·     Kebutuhan yang meningkat kepada kehamilan atau laktasi
·     Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
·     Hemoglobinuria
·     Penyimpanan besi yang berkurang seperti pada hemosiderosis paru.
Manifestasi klinis :
Gejala-gejala umum anemia, defisiensi Fe yang berat akan mengakibatkan perubahan kulit dan mukosa yang progresif, seperti lidah yang halus keilosis dan sebagainya, didapatkan tanda-tanda mal nutrisi.
Penatalaksanaan :
1.      Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan
antelmintik yang sesuai
2.      Pemberian preparat Fe
·         Fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan terhadap pada pasien dinaikkan yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan.
·         Fero glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral. Dapat diberikan secara parental dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/ kgBB) untuk tiap 9% penurunan kadar Hb dibawah normal.
·         Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskuler mula-mula 50 mg/ ml, kemudian 100 sampai 250 mg tiap 1 sampai 2 hari sampai dosis botol total sesuai perhitungan, dapat pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagian dosis percobaan bila dalam 3 sampai 5 menit tidak menimbulkan reaksi,boleh diberikan 250 sampai 500 mg.


b. Anemia pada penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenik anemia with reticulo endothelial siderosis. Anemia pada penyakit kronik merupakan jenis anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
Etiologi :
·         Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru (Bronkiektasis, abses, empiema, dll)
·         Inflamasi kronik, seperti arthritis, rheumatoid.
·         Neoplasma seperti limfoma, malignum dan nekrosis jaringan.
Manifestasi klinis:
Berat ringannya anemia berbanding lurus dengan aktivitas penyakit. Hematokrit biasanya berkisar antara 25 sampai 30%, biasanya normositik atau normokrom. Apabila disertai dengan penurunan kadar besi dalam serum atau saturasi transferin, anemia akan berbentuk hemokrom mikrositik. Kadar feritin dalam serum normal atau meningkat, leukosit dan hitung jenisnya normal.
Penatalaksanaan:
Terapi terutama ditujukan pada penyakit dasarnya, pada anemia yang mengancam nyawa, dapat diberikan tranfusi darah merah (packed red cell) seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi, tidak diindikasikan, kecuali untuk mengatasi anemia pada arthritis rheumatoid, pemberian kobalt dan eritropoitin dikatakan dapat memperbaiki anemia pada penyakit kronik.

2.      Anemia makrositik
a.      Anemia defisiensi vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsic dan faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsic terjadi karena gangguan absorbsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun. Sehingga pada pasien mungkin dijumpai penyakit-penyakit autoimun lainnya. Kekurangan vitamin B12 karena faktor intrinsic ini tidak dijumpai di Indonesia, yang lebih sering dijumpai di Indonesia adalah penyebab intrinsic karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat.
Manifestasi Klinik :
Didapatkan adanya anorexia, diare, dyspepsia, lidah yang licin, pucat dan agak ikterik terjadi gangguan neurologis, biasanya dimulai dengan parestesia, lalu gangguan keseimbangan dan pada kasus yang berat terjadi perubahan fungsi serebral, demensia dan perubahan neurosikiatrik lainnya.
Penatalaksanaan :
Pemberian vitamin B12 1.000 mg/ hari selama 5 sampai 7 hari, 1 kali tiap bulan.

b. Anemia defisiensi asam folat
Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu dan daun-daunan hijau. Umumnya berhubungan dengan mal nutrisi penurunan absorbsi asam folat jarang ditemukan karena absorbsi terjadi diseluruh saluran cerna, juga berhubungan dengan serosis hepatis karena terdapat penurunan cadangan asam folat.
Manifestasi Klinik :
Gejala dan tanda pada anemia defisiensi asam folat sama dengan anemia defisiensi vitamin B12 yaitu anemia megaloblastik dan perubahan megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat.
Penatalaksanaan
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula dengan pemberian atau suplementasi asam folat oral 1 mg/ hari.

3. Anemia karena perdarahan
Anemia karena perdarahan terbagi atas :
a.  Perdarahan akut
Mungkin timbul ranjatan bila pengeluaran darah cukup banyak sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
Penatalaksanaan
·  Mengatasi perdarahan
·  Mengatasi ranjatan dengan tranfusi darah atau pemberian cairan perinfus.
b.             Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui pasien,
penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum menometroragi, perdarahan saluran
cerna karena pemakaian analgesik dan epitaksis, di Indonesia sering karena infestasi
cacing tambang.
Pemeriksaan Laboratorium :
Gambaran anemia sesuai dengan anemia defisiensi Fe, perdarahan pada saluran
cerna akan memberi hasil positif pada test bensidin dari tinja.
Etiologi :
Etiologinya anemia hemolitik dibagi sebagai berikut:
Intrinsik
·  Kelainan membran, seperti sferositosis herediter, hemoglobinuria noktural paroksismal
·  Kelainan glikolisis, seperti defisiensi pinfat kinase
·  Kelaian enzim, seperti defisiensi glukosa posfat dehidrogenase (G6PD)
·  Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit, methemoglobinemia
Ektrinsik
·  Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit limfoproliferatif keracunan obat
·  Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombositopenik koagulasi intravaskuler diseminata (KID)
·  Infeksi seperti akibat plasmodium, klostridium, borelia
·  Hipersplenisme
·  Luka bakar
Manifestasi Klinik :
Tanda-tanda hemolisis antara lain ikterus dan splenomegali
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila karena reaksi toksis – imunologik yang didapat diberikan adalah kortikosteroit (Prednison, prednisolon) kalau perlu dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak berhasil dapat diberikan obat-obat sitostatik seperti klorambusil dan siklorofospamit.

4. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik autoimun (autoimmune hemolytic anemia AIHA) merupakan kelainan darah yang didapat, dimana auto anti bodi Ig6 yang dibentuk terikat pada membran sel darah merah (SDM). Antibodi ini umumnya berhadapan langsung dengan komponen dasar dari sistem Rh dan sebenarnya dapat terlihat pada SDM semua orang.
Manifestasi klinis :
Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat (mengancam jiwa). Pasien mengelufatig dan keluhan ini dapat terlihat bersama dengan angina atau gagal jantung kongestif.
Penatalaksanaan :
Terapi inisial dengan menggunakan prednison 1 sampai 2 mg/ kgBB/ hari dalam dosis terbagi ,jika terjadi anemia yang mengancam hidup tranfusi darah harus diberikan dengan hati-hati keputusan untuk melakukan tranfusi harus melalui konsultasi dengan ahli hematology terlebih dahulu.Apabila prednison tidak efektif dalam menanggulangi kelainan ini atau penyakit mengalami kekambuhan dalam periode tapeingoffdari prednison ,maka dianjurkan untuk dilakukan splenektomi.Apabila keduanya tidak menolong maka di lakukan terapi dengan menggunakan berbagai jenis obat imunosupresif.Imunoglobin dosis tinggi intra vena (500 mg/kg BB/hari selama 1-4 hari)mungkin mempunyai efetivitas tinggi dalam mengontrol  hemolisis namun efek pengobatan ini hanya sebentar (1-3 minggu)dan sangat mahal harganya.Dengan demikian pengobatan ini hanya digunakan pada situasi gawat darurat dan bila pengobatan dengan prednison merupakan kontra indikasi.

5.Anemia aplastik
Terjadi karena ketidak sanggupan sum-sum tulang untuk membentuk  sel-sel darah .
Etiologi :
Penyebabnya  bisa congenital (jarang) idiopatik (kemungkinan autoimun).LES kemo terapy radio terapy ,toksin ,seperti benzen toluene insektisit,obat-obat seperti  kloramfenikol,sulfonamid,analgesik (pira solon )antiepileptik (hidantan) kinakrin dan sulfonilurea,pasca hepatitis,  kehamilan dan  hemoglobinuria paroksimal nocturnal
Manifestasi Klinis :
Pasien tampak pucat,lemah mungkin timbul demam purpura dan perdarahan.
Penatalaksanaan :
·       Tranfusi darah
·       Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik,hiegien yang baik perlu mencegah timbulnya infeksi.
·       Kortikosteroid dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat trombositopenia berat.
·       Androgen seperti flukri mesteron testosteron metadrostenolon dan non drolon efek samping yang mungkin terjadi virilisasi retensi air dan garam perubahan hati dan amenore.
·       Imunosupresif seperti siklosporin globulin antitimosit champlin dkk menyarankan penggunaanya pada pasien > 40 tahun yang tidak dapat menjalani tranplantasi sum-sum tulang dan pada pasien yang telah mendapat tranfusi mberulang.-Tranplantasi sum-sum tulang     (Arif Manjoer,1999:547)
4.      Patofisiologi
Timbul anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sum-sum (misalnya berkuangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat berkurangnya nutrisi ,pajanan toksis, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui,sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).Pada kasus yang disebutkan berakhir masalahnya dapat akibat defect sel merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama pada sel fagositik atau dalam sistem retikulo endothelial,terutama dalam hati dan limfa.
sebagian hasil samping proses ini bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah setiap kenaikan distruksi sel darah merah(hemolisis)segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma(konsentrasi) normalnya 1 mg/dl atau kurang kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera.Apabila sel darah merah mengalami penghancuran pada sirkulasi ,seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik,maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasma melalui kapoasitas heptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)untuk mengikatan semuanya,(misalnya apabil;a jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl)hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine(Hemoglobinuria) jadi ada dan tidaknya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien hemolisis yang dapat merupakan petunjuk mengetahui sifat proses heholisis tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar :
1.  Hitung retikulo sistem dalam sirkulasi darah
2.  Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sum-sum tulang dan cara   pemotonganya,seperti yang terlihat dengan biopsy.
3.  Ada atau tidaknya hiperbilirubin benemia dan hemoglobinemia.
Eritropoesis ( produksi sel darah merah dapat ditentukan dengan mengukur kecepatan dimana injeksi besi tadi ocictive dimasukan ke sirkulasi eritrosit,rentang hidup sel darah merah pasien (Kecepatan hemolisis ) dapat diukur dengan menandai sebagian diantaranya dengan injeksi kromium radio aktif dan mengikuti sampai bahan tersebut menhilang dari sirkulasi darah selama beberapa hari sampai minggu metode tentang bagaimana membedakan kegagalan sum-sum tulang tertentu dengan jenis lainnya    (Brunner & Suddart,2000:357).

5.      Komplikasi yang muncul
1.      Gagal jantung
2.      Kejang
3.      Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4.      Daya konsentrasi menurun
5.      Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun




















ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA
1. Pengkajian Keperawatan
1.      Lakukan pemeriksaan fisik
2.      Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3.      Observasi adanya manifestasi anemia
a.       Manifestasi umum
-          Kelemahan otot
-          Mudah lelah
-          Kulit pucat
b.      Manifestasi system saraf pusat
-          Sakit kepala
-          Pusing
-          Kunang-kunang
-          Peka rangsang
-          Proses berfikir lambat
-          Penurunan lapang pandang
-          Apatis
-          Depresi
c.       Syok ( anemia kehilangan darah )
-          Perfusi perifer buruh
-          Kulit lembab dan dingin
-          Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
-          Peningkatan frekuensi jantung
2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan darah , suplai oksigen berkurang.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadekuat intake makanan.



3.      Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan dan kolaborasi
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
1
Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurrunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... jam perfusi jaringan klien adekuat dengan kriteria :
-          - Membran mukosa merah
-          - Konjungtiva tidak anemis
-          - Akral hangat
-          - Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Manajemen sensasi Perifer
-Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam//tumpul
-Monitor adanya paretase
-Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi
-Gunakan sarung tangan untuk proteksi
-Batasi gerakan pada kepala,leher dan punggung
-Monitor kemampuan BAB
-Kolaborasi pemberian analgenik
2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadekuat intake makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh
Batasan karakteristik :
-Berat badan 20 % atau lebih dibawah ideal
-Membran mukosa dan konjungtiva pucat
-Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
-Luka, inflamasi pada rongga mulut
-Mudah merasa kenyang,sesaat setelah mengunyah makanan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.......jam kebutuhan mandiri klien terpenuhi dengan kriteria :
-Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-Tidak ada tanda tanda malnutrisi
-Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
-Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
-Pemasukan yang adekuat
-Membran Mukosa dan konjungtiva tidak pucat
-Nilai Lab :
Protein total : 6-9 gr %
Albumin : 3,5-5,3 gr %
Globulin : 1,8-3,6 gr %
Hb : tidk kurang dr 10 gr %
NIC :
Nutrition Management
-Kaji adanya alergi makanan
-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
-Anjurkan pasien meningkatkan Intake Fe
-Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
-Berikan substansi gula
-Berikan makanan yang terpilih (sudah di konsultasikan oleh ahli gizi)
-Anjurkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
-Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
-Berikn informasi tentang kebutuhan nutrisi
NUTRITION MONITORING
-BB pasien dalam batas normal
-Monitor adanya penurunan berat badan
-Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
-Monitor lingkungan selama makan
-Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan




4.      Evaluasi
Evaluasi pada pasien dengan diagnose medis anemia :
1.      Infeksi tidak terjadi
2.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3.      Peningkatan perfusi jaringan