Rabu, 11 Mei 2016

PAYA PENCEGAHANAN PENANGGULANGAN MASALAH ANEMIA, DEVESIENSI VITAMIN A, KECACINGAN, KURANG ENERGI PROTEIN



UPAYA PENCEGAHANAN PENANGGULANGAN MASALAH ANEMIA, DEVESIENSI VITAMIN A, KECACINGAN, KURANG ENERGI PROTEIN

Hasil gambar untuk logo poltekkes jambi
DOSEN PEMBIMBING :  Daryono, S.Pd, M.Kes
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5
1.   Sariyani
2.   Sigit Budiansyah
3.   Usi Lailatul Maghfirah
4.   Widiya Nurmalasanti
5.   Yayang Inriyani
6.   Yossy Rezky Ramadhana
7.   Yulina
8.   Yunita Sari

POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
D-III KEPERAWATAN
T.A 2015-2016


1.      Anemia
Pada anemia berat (kadar Hb < 8 gr %) biasanya ada penyakit yang melatar-belakangi yaitu antara lain penyakit TBC, infestasi cacing atau malaria, sehingga selain penanggulangan pada anemianya harus dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan konsumsi zat besi adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami melalui penyuluhan, terutama makanan sumber hewani yang mudah diserap seperti hati, ikan, daging dan lain-lain. Selainitu perlu ditingkatkan juga makanan yang banyak vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.
  1. Fortifikasi bahan makanan yaitu : menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran.
  2. Suplementasi zat besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat.Dengan demikian suplemantasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang perlu diikuti dengan cara lain
2.      Protein
Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP)
Pelayanan gizi (Depkes RI, 1998). Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya
setiap balita yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat
badan, tinggi badan dan lila untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-
tanda klinis dan laboratorium. Penentuan status gizi maka perlu direncanakan
tindakan sebagai berikut :
(1). Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat
pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk
memberi makanan di rumah (bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3
tahun.

(2).Balita KEP sedang;
- Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan dan vitamin serta
  teruskan ASI dan pantau terus berat badannya.
- Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan
  kebutuhan energi 20-50% diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan
  gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya.
(3) Balita KEP berat : harus dirawat inap dan dilaksanakan sesuai pemenuhan
kebutuhan nutrisinya.
Kegiatan penanggulangan KEP balita meliputi :
1.      Penjaringan balita KEP yaitu kegiatan penentuan ulang
status gizi balita beradasarkan berat badan dan perhitungan umur balita yang sebenarnya dalam hitungan bulan pada saat itu. Cara penjaringan yaitu balita dihitung kembali umurnya dengan tepat dalam hitungan bulan, balita ditimbang berat badannya dengan menggunakan timbangan dacin, berdasarkan hasil perhitungan umur dan hasil pengukuran BB tersebut tentukan status gizi dengan KMS atau standar antropometri.
2.      Kegiatan penanganan
KEP balita meliputi program PMT balita adalah program intervensi bagi balita yang menderita KEP yang ditujukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita agar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik (pita hijau dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan yaitu pemeriksaan dan pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita KEP tidak semakin berat kondisinya, asuhan kebidanan/keperawatan yaitu untuk memberikan bimbingan kepada keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP sehingga dapat mencapai status gizi yang baik melalui kunjungan rumah dengan kesepakatan keluarga agar bisa dilaksanakan secara berkala, suplementasi gizi/ paket pertolongan gizi hal ini diberikan untuk jangka pendek. Suplementasi gizi meliputi : pemberian sirup zat besi; vitamin A (berwarna biru untuk bayi usia 6-11 bulan dosis 100.000 IU dan berwarna merah untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000 IU); kapsul minyak beryodium, adalah larutan yodium dalam minyak berkapsul lunak, mengandung 200 mg yodium diberikan 1x dalam setahun.

Program yang di berikan oleh pemerintah sendiri untuk mengatasi masalah Kekurangan Energi Protein :
Ø  Jangka pendek
a. Upaya pelacakan kasus melalui penimbangan bulanan di Posyandu
b. Rujukan kasus KEP dengan komplikasi penyakit di RSU
c. Pemberian ASI Eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan
d. Pemberian kapsul Vit A
e. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan bagi balita gizi buruk dengan
    lama pemberian 3 bulan
f. Memberikan makanan Pendamping ASI (MP-ASI) bagi balita keluarga miskin usia   
    6-12 bulan
g. Promosi makanan sehat dan bergizi

Ø  Jangka menengah
a. Revitalisasi Posyandu
b. Revitalisasi Puskesmas
c. Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

Ø  Jangka panjang
a. Pemberdayaan masyarakat menuju Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
b. Integrasi kegiatan lintas sektoral dengan program penanggulangan kemiskinan dan   
                ketahanan pangan

3.      Cacing
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan dan terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran infeksinya. Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga kebersihan diri (Ian lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang sangat peka untuk menanamkan dan memperkenal¬kan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.
Beberapa Tips Pencegahan :
·         Cucilah tangan sebelum makan.
·         Pakailah alas kaki jika menginjak tanah.
·         Gunting dan bersihkan kuku secara teratur.
·         Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh.
·         Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah.
·         Cucilah sayur di bawah air yang mengalir. ·   
·         Berhati-hati terhadap makanan mentah atau setengah matang
·          Buanglah kotoran hewan peliharaan seperti kucing atau anjing pada tempat pembuangan khusus.
·         Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan

d.      Penanggulangan
Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-lain) merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang disebabkan parasit cacing.
Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapat mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah. Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat keberhasilan yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi secara maksimal, tuntas dan paripurna.

4.  Pencegahan dan Penanggulangan  Kekurangan Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meni ngkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare, dan penyakit infeksi lain) (Depkes RI, 2009)
Pada ibu hamil dan menyusui, vitamin A berperan penting untuk memelihara kesehatan ibu selama masa kehamilan dan menyusui.
 Anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan ASI akan beresiko lebih tinggi terkena Xeropthalmia dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI walau hanya dalam jangka waktu tertentu. Berbagai studi yang dilakukan mengenai vitamin A ibu nifas memperlihatkan hasil yang berbeda-beda.
Anak-anak usia enam bulan yang ibunya mendapatkan kapsul vitamin A setelah melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah kasus demam pada anak-anak tersebut dan waktu kesembuhan yang lebih cepat saat mereka terkena ISPA. Ibu hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak, berisiko mengalami KVA karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang tinggi untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan konsumsi kapsul vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.
a.       Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis 100.000 SI (warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.
b.       Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan dosis 200.000 SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan                        Februari dan Agustus.
 Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan agar bayi memperoleh vitamin        A yang cukup melalui ASI (Depkes RI, 2009).
c.       Wanita hamil : suplemen vitamin A tidak direkomendasikan selama kehamilan
d.      Ibu nifas: suplementasi vitamin A pada ibu nifas tidaklah direkomendasikan     untuk mencegah morbiditas dan mortalitas  pada ibu dan bayi. ( McGuire S. 2012)
Kekurangan makan makanan bergizi yang berlarut-larut, selain membuat orang menjadi kurus juga kekurangan vitamin-vitamin, termasuk kekurangan vitamin A. penyakit usus yang menahun akan mengakibatkan penyerapan vitamin A dari usus terganggu. Untuk melakukan pengobatan harus berobat pada dokter dan biasanya dokter akan memberikan suntikan vitamin A setiap hari sampai gejalanya hilang. Untuk mencegah kekurangan vitamin A makanlah pepaya, wortel dan sayur-sayuran yang berwarna ( Hassan, 2008). Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Vitamin A yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan membantu menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka ( Maryam, 2010 ). Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam satu sampai dua minggu. Dianjurkan bila diagnosa defisiensi vitamin A ditegakkan maka berikan vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Belum ada perbaikan maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan proteinkalori mal nutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu diberikan perbaikan gizi