UPAYA PENCEGAHANAN PENANGGULANGAN
MASALAH ANEMIA, DEVESIENSI VITAMIN A, KECACINGAN, KURANG ENERGI PROTEIN
DOSEN PEMBIMBING :
Daryono, S.Pd, M.Kes
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5
1. Sariyani
2. Sigit Budiansyah
3. Usi Lailatul Maghfirah
4. Widiya Nurmalasanti
5. Yayang Inriyani
6. Yossy Rezky Ramadhana
7. Yulina
8. Yunita Sari
POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
D-III KEPERAWATAN
T.A 2015-2016
1.
Anemia
Pada anemia berat (kadar Hb < 8
gr %) biasanya ada penyakit yang melatar-belakangi yaitu antara lain penyakit
TBC, infestasi cacing atau malaria, sehingga selain penanggulangan pada
anemianya harus dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan konsumsi zat besi adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari
sumber alami melalui penyuluhan, terutama makanan sumber hewani yang mudah
diserap seperti hati, ikan, daging dan lain-lain. Selainitu perlu ditingkatkan
juga makanan yang banyak vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayuran)
untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.
- Fortifikasi bahan makanan yaitu : menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran.
- Suplementasi zat besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat.Dengan demikian suplemantasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang perlu diikuti dengan cara lain
2.
Protein
Penanggulangan
Kekurangan Energi Protein (KEP)
Pelayanan gizi (Depkes
RI, 1998). Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya
setiap balita yang
berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat
badan, tinggi badan dan
lila untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-
tanda klinis dan
laboratorium. Penentuan status gizi maka perlu direncanakan
tindakan sebagai berikut :
(1). Balita KEP
ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat
pemberian makanan di
rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk
memberi makanan di rumah (bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi
ASI sampai 3
tahun.
(2).Balita KEP sedang;
- Penderita rawat jalan :
diberikan nasehat pemberian makanan dan vitamin serta
teruskan ASI dan pantau terus berat badannya.
- Penderita rawat inap :
diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan
kebutuhan energi 20-50% diatas
kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan
gizi/AKG) dan diet sesuai dengan
penyakitnya.
(3) Balita KEP
berat : harus dirawat inap dan dilaksanakan sesuai pemenuhan
kebutuhan nutrisinya.
Kegiatan penanggulangan
KEP balita meliputi :
1.
Penjaringan balita KEP yaitu kegiatan
penentuan ulang
status gizi balita beradasarkan berat
badan dan perhitungan umur balita yang sebenarnya dalam hitungan
bulan pada saat itu. Cara penjaringan yaitu balita dihitung kembali
umurnya dengan tepat dalam hitungan bulan, balita ditimbang berat
badannya dengan menggunakan timbangan dacin, berdasarkan hasil perhitungan umur
dan hasil pengukuran BB tersebut tentukan status gizi dengan KMS atau
standar antropometri.
2.
Kegiatan penanganan
KEP balita meliputi program PMT balita adalah program intervensi
bagi balita yang menderita KEP yang ditujukan untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi balita agar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik
(pita hijau dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan yaitu pemeriksaan dan
pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta
guna diobati seperlunya sehingga balita KEP tidak semakin berat
kondisinya, asuhan kebidanan/keperawatan yaitu untuk memberikan bimbingan
kepada keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP
sehingga dapat mencapai status gizi yang baik melalui kunjungan
rumah dengan kesepakatan keluarga agar bisa dilaksanakan secara
berkala, suplementasi gizi/ paket pertolongan gizi hal ini
diberikan untuk jangka pendek. Suplementasi gizi meliputi :
pemberian sirup zat besi; vitamin A (berwarna biru
untuk bayi usia 6-11 bulan dosis 100.000 IU dan berwarna merah
untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000 IU); kapsul minyak beryodium,
adalah larutan yodium dalam minyak berkapsul lunak, mengandung 200
mg yodium diberikan 1x dalam setahun.
Program yang di berikan oleh
pemerintah sendiri untuk mengatasi masalah Kekurangan Energi Protein :
Ø Jangka pendek
a. Upaya pelacakan kasus melalui
penimbangan bulanan di Posyandu
b. Rujukan kasus KEP dengan
komplikasi penyakit di RSU
c. Pemberian ASI Eksklusif untuk
bayi usia 0-6 bulan
d. Pemberian kapsul Vit A
e. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
pemulihan bagi balita gizi buruk dengan
lama pemberian 3 bulan
f. Memberikan makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) bagi balita keluarga miskin usia
6-12 bulan
g. Promosi makanan sehat dan bergizi
Ø Jangka menengah
a. Revitalisasi Posyandu
b. Revitalisasi Puskesmas
c. Revitalisasi Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi
Ø Jangka panjang
a. Pemberdayaan masyarakat menuju Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
b.
Integrasi kegiatan lintas sektoral dengan program penanggulangan kemiskinan
dan
ketahanan
pangan
3.
Cacing
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka
upaya pencegahan dan terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus
siklus penyebaran infeksinya. Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap
6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga kebersihan diri (Ian lingkungan serta
sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari usaha pencegahan untuk
menghindari dari infeksi cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup sehat,
terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang
sangat peka untuk menanamkan dan memperkenal¬kan kebiasaan-kebiasaan baru.
Kebiasaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah
satu contohnya.
Beberapa Tips Pencegahan
:
·
Cucilah
tangan sebelum makan.
·
Pakailah
alas kaki jika menginjak tanah.
·
Gunting
dan bersihkan kuku secara teratur.
·
Jangan
buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh.
·
Cucilah
sayur dengan baik sebelum diolah.
·
Cucilah
sayur di bawah air yang mengalir. ·
·
Berhati-hati
terhadap makanan mentah atau setengah matang
·
Buanglah kotoran hewan peliharaan seperti
kucing atau anjing pada tempat pembuangan khusus.
·
Pencegahan
dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan
d.
Penanggulangan
Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan
merupakan pilihan yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat
(Combantrin dan lain-lain) merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi
sebagian besar infeksi yang disebabkan parasit cacing.
Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel
pamoat 10 mg / kg BB dan albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap
6 bulan pada anak SD dapat mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu
daerah. Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan
tingkat keberhasilan yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan
dapat diatasi secara maksimal, tuntas dan paripurna.
4. Pencegahan dan Penanggulangan Kekurangan Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat
dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meni ngkatkan daya tahan tubuh untuk
melawan penyakit misalnya campak, diare, dan penyakit infeksi lain) (Depkes RI,
2009)
Pada ibu hamil dan menyusui, vitamin A berperan penting untuk memelihara
kesehatan ibu selama masa kehamilan dan menyusui.
Anak-anak yang sama sekali tidak
mendapatkan ASI akan beresiko lebih tinggi terkena Xeropthalmia dibandingkan
dengan anak-anak yang mendapatkan ASI walau hanya dalam jangka waktu tertentu.
Berbagai studi yang dilakukan mengenai vitamin A ibu nifas memperlihatkan hasil
yang berbeda-beda.
Anak-anak usia enam bulan yang ibunya mendapatkan kapsul vitamin A setelah
melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah kasus demam pada anak-anak
tersebut dan waktu kesembuhan yang lebih cepat saat mereka terkena ISPA. Ibu
hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak, berisiko mengalami KVA karena
pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang tinggi untuk pertumbuhan
janin dan produksi ASI.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman. Namun
disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu
kegiatan konsumsi kapsul vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu
penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A
dosis tinggi.
a.
Bayi umur 6-11
bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis 100.000 SI (warna biru).
Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari dan
Agustus.
b.
Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan dosis
200.000 SI (warna
merah). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.
Ibu
nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan agar bayi memperoleh
vitamin A yang cukup
melalui ASI (Depkes RI, 2009).
c.
Wanita hamil :
suplemen vitamin A tidak direkomendasikan selama kehamilan
d.
Ibu nifas:
suplementasi vitamin A pada ibu nifas tidaklah direkomendasikan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
pada ibu dan bayi. ( McGuire S. 2012)
Kekurangan makan makanan bergizi
yang berlarut-larut, selain membuat orang menjadi kurus juga kekurangan
vitamin-vitamin, termasuk kekurangan vitamin A. penyakit usus yang menahun akan
mengakibatkan penyerapan vitamin A dari usus terganggu. Untuk melakukan
pengobatan harus berobat pada dokter dan biasanya dokter akan memberikan
suntikan vitamin A setiap hari sampai gejalanya hilang. Untuk mencegah
kekurangan vitamin A makanlah pepaya, wortel dan sayur-sayuran yang berwarna (
Hassan, 2008). Program
nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk mencegah
kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini adalah
untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah
Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan Agustus, kapsul
vitamin A didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang mengunjungi
Posyandu dan Puskesmas. Vitamin A yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup
untuk membantu melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada
gilirannya akan membantu menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka (
Maryam, 2010 ). Pemberian
vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam satu sampai dua minggu.
Dianjurkan bila diagnosa defisiensi vitamin A ditegakkan maka berikan vitamin A
200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Belum ada perbaikan maka
diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan
proteinkalori mal nutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu diberikan perbaikan
gizi